Sunday, June 29, 2008

Meninggikan Atap Agar Tak Bocor Lagi

Hal ini dialami oleh pasangan Bambang Cahyanto dan Diana Sri Utari. Rumah yang berdiri di atas lahan seluas 128 m2 ini mempunyai ruang jemur di lantai 2, yang letaknya ada di bagian belakang rumah. Dak lantai itu berhimpitan dengan atap rumah sehingga aliran air hujan dari atap pasti akan tertampung dulu di dak lantai, baru kemudian masuk ke dalam saluran pembuangan.

Agaknya tidak semua air hujan masuk ke saluran pembuangan, tetapi ada yang merembes ke dalam pori dak lantai. Alhasil, air hujan masuk ke dalam rumah dan meninggalkan bekas noda pada dinding.

Karena tidak tahan dengan kondisi seperti ini, Bambang yang rumahnya pernah diliput oleh Tabloid RUMAH di edisi 15-I kemudian berencana merenovasi rumahnya. Ia tidak ingin memperbaiki kondisi dinding dan dak lantainya saja tetapi juga ingin merombak sebagian rumahnya agar terbebas dari bocor dan rumah menjadi lega.

Ruang Jemur Jadi Kamar
Bentuk renovasi yang dilakukan oleh Bambang adalah dengan membongkar atap rumahnya, kecuali atap di atas kamar tidur. Atap yang baru kemudian dibuat lebih tinggi dari atap semula dengan ketinggian 5 m dari plafon lama. Atap dibuat sedemikian rupa sehingga atap yang baru bisa menaungi ruang jemur di belakang rumah. Dengan demikian ruang jemur yang menjadi penyebab utama kebocoran tertutup oleh atap rumah.

Karena tertutup oleh atap, dak lantai tersebut diubah fungsinya oleh Bambang menjadi kamar tidur. Sedangkan ruang jemur dipindah ke dekat ruang tangga. Yang menarik, salah satu jendela kamar tidur ini dibuat dengan membuat lubang berukuran 1 m x 0,2 m sebanyak empat buah. Bila melongok ke arah luar jendela, terlihat ruang yang ada di bawah seperti ruang keluarga, ruang tamu, dan dapur.

Sedangkan jendela lain di kamar tidur ini menghadap ke ruang tangga, hanya saja jendela ini bisa dibuka-tutup. Karena jarak antara jendela dan ruang tangga sempit maka Bambang membuat jendela dengan engsel di bagian bawah.

Alasan lain kenapa atap yang baru dibuat lebih tinggi, tidak lain agar ruangan tidak terasa panas. “Dengan kondisi daerah Bekasi yang panas, sebisa mungkin kita harus mengakali supaya rumah tidak terasa panas. Atap dan plafon yang tinggi akan memudahkan sirkulasi udara keluar masuk,” ujar Bambang yang gemar memburu furnitur bekas ini.

Sempat Terkena Banjir
Umumnya, pemilik rumah yang melakukan renovasi—terutama renovasi atap—akan meninggalkan rumahnya dan menyewa rumah sementara agar pelaksanaan renovasi tidak terganggu. Namun tidak demikian dengan Bambang. Selama pelaksanaan renovasi, ia bersama istri dan kedua anaknya tetap tinggal di rumah itu.

Menurut Bambang perlu metode pembongkaran atap yang tepat agar ia dan keluarganya tidak terganggu. Metode yang dilakukan Bambang adalah dengan membuat atap yang baru terlebih dulu sebelum atap yang lama dibongkar. Selain itu ia menyiapkan terpal plastik untuk mengantisipasi hujan yang datang di saat musim kemarau.

“Meski sudah menyiapkan terpal plastik dan waktu pelaksanaan renovasi dilakukan pada saat musim kemarau, tetap saja kami pernah merasakan banjir di dalam rumah lantaran hujan lebat mengguyur kota Bekasi,” terang Bambang yang melakukan renovasi dari bulan Februari 2006 hingga April 2006.

Kini setelah empat bulan menghuni rumah barunya ini, Bambang dan keluarga merasa nyaman karena rumah terasa lega dan bocor dari dak lantai tidak terjadi lagi.