Sunday, January 13, 2008

Menghilangkan Noda pada Perunggu

Perlengkapan atau perhiasan perunggu Anda bernoda? Jangan bingung, tuangkan saja saus tomat secukupnya. Setelah rata, diamkan sejenak, lalu keringkan dengan lap kering. Perunggu Anda akan kembali berbinar seperti sedia kala.

Cara Mudah Lenyapkan Noda Cat

Sehabis mengecat plafon, kusen atau dinding, sulit menghindari jatuhnya beberapa tetes cat. Bila lupa dibersihkan, nodanya akan mengeras dan sulit dihilangkan. Lebih sulit bila cat yang digunakan berbasis minyak, atau lantainya bertekstur. Jika dikerik menggunakan silet, bisa-bisa lantai kesayangan Anda rusak.

Nah, ada solusi mudah dan cepat untuk mengatasinya. Sediakan cairan M3 (larutan kimia untuk sablon, bisa diperoleh di toko perlengkapan sablon/percetakan). Tetesi secukupnya pada kain bersih dan lap pada area yang terkena noda. Diamkan sejenak agar cairan M3 bekerja menghancurkan noda, lalu gosok lantai dengan kuat sampai noda terkikis habis. Lap sekali lagi dengan kain bersih.

Saturday, January 12, 2008

Balsem Vs Semut

Punya pohon buah-buahan? Sebal kan kalau pohon tengah berbuah tapi dikerumuni semut merah alias semut rangrang? Sering kita mengurungkan niat untuk sekadar menikmati ritual memanjat dan memetik buah langsung dari pohon karena takut tersengat semut rangrang.

Tapi Anda boleh coba cara ini. Olesi bagian bawah dan tengah batang pohon dengan balsem merek apa saja. Pilih balsem yang berbau sangat tajam. Dijamin, semut merah segera kabur dari pohon Anda.

Kapur Sirih Pembasmi Hama

Daun pohon rambutan, mangga, atau tanaman hias sering dihinggapi hama putih yang mengganggu kesuburan. Hilangkanlah dengan larutan kapur sirih. Caranya, siapkan satu gayung air yang dicampur dengan kapur sirih kira-kira satu genggam tangan. Aduk hingga rata, lalu siram atau semprotkan pada daun yang terkena hama. Lakukan setiap pagi. Hasilnya, hama hilang, daun tanaman Anda pun kembali hijau dan berbuah segar.

Kulit Bawang Bikin Subur dan Berbunga

Anda ingin tanaman di halaman rumah Anda subur dan berbunga? Mudah sekali caranya. Kumpulkan sisa kupasan kulit bawang merah atau putih dan rendam dalam air secukupnya selama satu malam. Esok harinya, siramkan air tersebut tanpa membuang kulit bawang ke tanaman. Lakukan terus secara rutin. Anda bisa melihat hasilnya.

Apartemen Hitam-Putih

Rio cukup kecewa ketika melihat unit apartemen yang dibelinya, ternyata sangat standar. Mungkin itulah konsekuensi dari membeli “barang” sale. Tapi kepiawaiannya mendesain ruangan bisa menyulap ruang standar itu jadi lebih indah dan bernilai.

Sale unit apartemen Taman Anggrek kira-kira setahun lalu mendorong Rio Chrisdian (35) dan istrinya, Yennie (30) untuk membelinya. Tapi seperti banyak yang dilakukan pengembang apartemen saat ini, apartemen dijual dalam keadaan unfinished. Di unit tersebut belum ada plafon, belum ada lampu (cuma ada kabel di tiap titik lampu), lantai ditutup keramik standar ukuran 20 cm x 20 cm, dan kabinet dapur disediakan ala kadarnya.

Rio, arsitek lulusan UKI Jakarta yang sekarang memiliki kantor konsultan arsitektur dan desain interior bernama Idea, gerah juga melihat kondisi unit yang sangat minim ini. Karena itu ia memutuskan untuk memolesnya habis-habisan.

Pertama-tama, Rio menentukan tema warna yaitu hitam dan putih. Mengapa warna ini yang dipilih? Menurut Rio, hitam dan putih melambangkan simplicity, yang mengandung makna kesederhanaan. Nilai ini pulalah yang dianut Rio dalam menjalani hidup. “Saya memang senang yang taktis, nggak seneng ribet,” ujarnya ketika kami mengobrol di ruang keluarganya yang kecil tapi nyaman, sambil menunggu proses pemotretan.

Selain mengandung nilai kesederhanaan, hitam dan putih juga sederhana dalam makna visual. Ruang yang tidak terlalu luas cocok bila diberi tema warna monokrom seperti ini. Andaikan diberi banyak warna, ruang mungkin akan terlihat “penuh”, terasa lebih sempit, dan kurang menenangkan.

Hitam dan putih diterapkan oleh Rio di hampir setiap bagian. Sofa, kursi makan, pintu, kusen, wood blind, semua menggunakan warna hitam. Dinding dan plafon dibiarkan putih. beberapa perabot dibuat berwarna putih atau kombinasi putih dan hitam. Untuk memberikan kesan hangat, Rio memilih parket bambu yang berwarna kuning muda sebagai ganti granit. Bambu dipilih karena teksturnya yang unik dan warnanya yang cenderung terang, sehingga masih cocok dengan tema hitam-putih.

Ketika ia membawa kami ke dapurnya, kami spontan berseru, “wah, dapurnya juga hitam dan putih?” Rio menimpali sambil tertawa, “keterlaluan ya?”

Aksen Tetap Perlu
Sekalipun berpegang pada kesederhanaan dan warna monokrom, aksen tetap dibutuhkan. Aksen akan membuat ruang yang minim warna dan ornamen menjadi tidak membosankan. Di sini Rio menggunakan kursi malas warna merah sebagai aksen di ruang keluarga. Pada dinding di belakang TV, Rio juga meletakkan panel plywood ebony dengan garis-garis horizontal warna putih.

Agar terlihat menyatu dengan panel dinding ini, pada plafon diberi kisi-kisi kayu yang dicat warna hitam, dengan lebar sama persis dengan panel tadi. Dengan demikian terlihat ada 2 bidang (plafon dan dinding) berpelapis kayu, yang menaungi area duduk di ruang keluarga. Bentuk seperti ini memberikan keintiman dan kehangatan di ruang keluarga ini. Dan hebatnya, di balik kisi-kisi kayu pada plafon tadi ada balok struktur yang kalau terlihat, memang kurang indah.

Minimalis, Modern, Tropis
Bila ditanya gaya apa yang diterapkan, Rio menjawab, ada tiga gaya yang diadopsi untuk tempat tinggalnya ini, yaitu minimalis, modern, dan tropis. Minimalis ditunjukkan dalam konsep “bentuk mengikuti fungsi”. Jadi benda-benda yang ada di sini dipikirkan betul-betul fungsinya. Meja TV, misalnya, dibuat agar benar-benar sesuai dengan benda-benda yang ingin diletakkan di atasnya dan di dalam laci-lacinya.

Tapi gaya minimalis murni menurut Rio terlalu “dingin”. Karena itu ia menggunakan beberapa campuran material yang bergaya modern seperti kaca untuk meja makan dan coffee table, stainless steel untuk kaki-kaki meja dan handle laci/lemari, dan aksen kursi malas warna merah.

Lalu, di mana unsur tropis diterapkan? Rio mengadopsinya dalam bentuk penggunaan material alami. Dinding ruang makan, misalnya, ditempeli batu andesit rata bakar yang dibentuk susun sirih. Mengapa Rio memilih batu andesit? Tidak lain karena warnanya yang abu-abu, mendekati hitam. Selain itu, Rio juga bermain-main dengan material kayu pada penutup jendela (wood blind), kisi-kisi pada plafon dan panel pada dinding.

Selain memainkan warna, material, dan perabot, Rio juga menggeser beberapa dinding agar ruang apartemen ini lebih nyaman untuknya. Di dinding dekat pintu kamar tidur utama, misalnya, dibuat lemari tanam untuk lemari obat dan lemari penyimpanan sepatu. Satu lagi, sebagian dinding di belakang TV juga digeser sehingga di kamar tidur utama terdapat ceruk kecil yang pas bila digunakan untuk tempat rias.

Ya, tinggal di unit apartemen atau di rumah berukuran mungil, kita memang harus pintar-pintar menata. Kalau tepat, tempat tinggal pun akan terasa nyaman.

Praktis dan Berhemat dengan Tinggal di Apartemen

Katarina (32) sekarang memilih pulang ke rumah orangtuanya di Petamburan. Padahal, sejak menikah 2 tahun lalu, perempuan yang bekerja di daerah Slipi ini sudah punya rumah di Vila Dago, Pamulang. Alasannya, “Pulang ke Pamulang jauh, capek ah,” ujarnya.

Coba simak percakapan singkat kami dengannya.
TR: Kat, kamu nggak pilih tinggal di apartemen saja?
Katarina: Nggak ah. Biayanya mahal, ada servis ini, servis itu. Lagi pula, gue emang nggak suka nguplek aja di ruang sempit gitu.

Jawaban seperti ini ternyata tidak hanya dari Katarina. Sejumlah orang yang belum pernah mencicipi tinggal di apartemen memberikan jawaban serupa. Bila disimpulkan, ada tiga alasan mereka menolak tinggal di apartemen. Pertama, harga unit apartemen lebih mahal dari rumah biasa (landed house, rumah yang menempel di tanah). Kedua, ada biaya servis setiap bulan yang cukup tinggi. Ketiga, arealnya sempit. Benarkah hidup di apartemen seperti ini?

Mengatasi lahan sempit
Sebenarnya, hidup secara vertikal adalah sebuah jawaban untuk kota besar yang penduduknya semakin padat tapi lahan tidak bertambah. “Kantor, sekolah, sekarang semua dibuat bertingkat. Tempat tinggal juga,” kata Mohammad Danisworo (Chairman Lab PSUD, Center for Urban Design Studies). Muncullah apa yang sekarang kita kenal rumah susun atau apartemen.

Prinsip apartemen adalah lahan kecil bisa dimanfaatkan untuk tempat tinggal bagi banyak orang karena dibuat vertikal. Karena tidak membutuhkan areal yang sangat luas, apartemen bisa berada di tengah-tengah kota. Sedangkan rumah biasa, umumnya ada di pinggiran kota. Bila harga apartemen lebih mahal dari rumah biasa ya wajar saja. Kalau dibandingkan dengan lokasi yang sama, harga apartemen sebetulnya tidak jauh berbeda dengan harga rumah biasa. Apartemen Rasuna, misalnya, yang berlokasi di daerah Kuningan, memasang harga kira-kira Rp 6 juta per meter persegi. Harga tanah di lokasi ini berkisar Rp 5 juta-Rp 6 juta (ini baru tanahnya saja lho, belum termasuk bangunannya).

Biaya per bulan
Tinggal di apartemen memang berbeda dengan tinggal di rumah biasa. Semua urusan dikelola oleh pengelola apartemen, mulai dari urusan buang sampah, sekuriti, area publik, sampai tempat parkir. Semua ongkos ini dijadikan satu, yang disebut biaya maintenance atau biaya servis dan harus dibayar per bulan. Besarnya dihitung berdasarkan luas unit. Untuk parkir dihitung per kendaraan. Randa (33), pengacara, yang tinggal bersama istri dan dua anaknya di sebuah unit di Taman Rasuna seluas 96 meter persegi membayar biaya servis Rp 500.000 per bulan.

Cocok untuk keluarga aktif
Apartemen sebetulnya cocok untuk generasi muda yang terbilang aktif. Bekerja dari pagi sampai malam membuat waktu yang dihabiskan di rumah tidak banyak. Karena itu, memiliki rumah di pinggiran kota sebetulnya cukup memberatkan. Gusti (41), bapak 1 anak yang tinggal di Bintaro dan bekerja di sebuah bank asing di Jalan Thamrin, menghabiskan biaya sekitar Rp 800.000 per bulan untuk bensin. Itu pun hanya digunakan pada hari kerja, belum termasuk hari libur. Ini masih ditambah bensin untuk mobil kedua, yang dipakai istrinya yang bekerja paruh waktu, sekitar Rp 800.000 per bulan. Kalau ditotal, Rp 1,6 juta dihabiskan setiap bulan cuma untuk bensin. Ini belum menghitung “harga” dari waktu untuk anak yang harus dikorbankan karena lamanya perjalanan dari dan menuju rumah. Kalau kita mau membandingkan, biaya ini lebih tinggi dari biaya-biaya servis yang dibebankan oleh apartemen.


Area Terbuka
Alasan lain orang ogah tinggal di apartemen biasanya karena ruang yang terlalu kecil. Banyak orang membayangkan bahwa akan sangat membosankan terkurung di ruangan yang berada beberapa meter di atas tanah, tanpa teras, tanpa halaman, dan tidak ada taman. Apakah memang seburuk itu?

Sebenarnya apartemen menyediakan fasilitas public space, yaitu ruang terbuka yang bisa digunakan oleh penghuni apartemen. Biasanya di ruang terbuka ini ada kolam renang, lapangan basket, jogging track, dan taman. Penghuni bisa lari pagi, jalan-jalan sore, duduk-duduk sambil ngobrol, baca buku di taman, dan sebagainya. Bahkan, Taman Rasuna yang memiliki podium (public space) seluas 12 ha mendatangkan tukang bakso dan gado-gado gerobak. Sore hari, podium ini sangat ramai. Berjalan-jalan di sini tidak ubahnya seperti berjalan-jalan di sebuah taman bermain yang sangat luas. Fasilitas lain seperti supermarket, laundry, dan sekolah pre school yang ada di lingkungan tower memberikan banyak kemudahan.

Kini semakin banyak apartemen kelas menengah. Menurut Pusat Studi Properti Indonesia (data 2006), yang masuk kategori menengah adalah apartemen dengan harga Rp 5,10 juta-Rp 9,93 juta per meter persegi. Dengan pertumbuhan apartemen kelas menengah yang demikian pesat, mungkin tinggal di apartemen menjadi pilihan hidup yang sangat praktis.

Tapi perlu diingat, hidup di apartemen membutuhkan rasa toleransi yang tinggi. Karena, seperti yang dikatakan Danisworo, kita harus hidup “berbagi”. Untuk halaman, tempat parkir, tempat terima tamu, misalnya, kita harus berbagi dan tidak bisa seperti di rumah sendiri. Ya, tinggal di apartemen memang adalah sebuah pilihan.