Saturday, April 12, 2008

Bongkar Mezanin Untuk Memperluas Ruang

Sejak awal menempati rumah yang dibeli sekitar tahun 2000 di daerah Cinere, Depok, Jawa Barat, pasangan Asep Saefudin dan Nanda Nurridzki merasa kurang sreg dengan kondisi rumahnya. Maklum, rumah itu belum direnovasi; bangunannya masih asli dari pengembang. Suasana sempit sudah terasa semenjak memasuki ruang tamu.

Setelah satu tahun menetap di rumah yang berdiri di atas lahan seluas 108 m2, Asep dan Nanda berencana untuk merenovasinya. Alasan renovasi, selain untuk mengakomodir kebutuhan ruang karena bertambahnya jumlah anggota keluarga juga untuk menghadirkan kesan lega di dalam rumah.

Mempertinggi Jarak Lantai Dengan Plafon
Untuk mempermudah penataan rumah, Nanda bersama suami kemudian bertemu dengan Ceilano Borndahl Kuropatkin, arsitek yang juga teman Nanda semasa sekolah di Bandung. Setelah berkonsultasi dan melihat langsung rumah Nanda, Beno—panggilan akrab Ceilano—mengambil kesimpulan bawah rumah itu terasa sempit karena adanya mezanin di atas ruang tamu.

Berangkat dari penempatan mezanin yang tidak permanen ini, Beno berencana membongkar lantai mezanin. Alasannya, dengan membongkar mezanin akan didapat ruang yang lebih luas. Selain itu, menurut Beno, penempatan mezanin untuk rumah berukuran kecil tidak terlalu efektif. Penempatan mezanin hanya akan menimbulkan kesan sempit.

Perombakan mezanin merupakan cara termudah untuk memperluas ruangan secara vertikal. Cara ini dipilih karena memperbesar ruangan secara horizontal sudah tidak memungkinkan. Bila dipaksakan maka pasangan ini harus membongkar satu ruangan untuk memperoleh kesan lega pada rumah. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh keduanya, karena membongkar ruang berarti ada tambahan biaya.

Setelah lantai mezanin dibongkar, ruang tamu menjadi luas karena jarak lantai dengan plafon menjadi besar. Jarak antara lantai dan plafon justru membuat penghuni lebih leluasa bergerak dan sirkulasi udara pun lancar.

Memisahkan Ruang Privat
Beno tidak hanya melakukan perombakan ruang tamu, tetapi juga melakukan perubahan letak ruang tidur. Dulunya, ruang tidur hanya ada satu dan letaknya bersebelahan dengan ruang tamu. Agar privasi Asep dan Nanda tidak terganggu oleh kedatangan tamu, Beno kemudian membuat dua kamar di area belakang. Satu kamar difungsikan sebagai kamar tidur utama dan satu lagi difungsikan sebagai kamar anak.

Kamar anak sengaja tidak dipisahkan jauh dari kamar tidur utama. Hal ini bertujuan agar Asep dan Nanda bisa mengawasi perkembangan anak mereka.

Dengan beberapa perombakan yang selesai dikerjakan pada akhir tahun 2003 ini, Asep dan Nanda kini merasa nyaman tinggal di rumahnya.