Saturday, January 12, 2008

Apartemen Hitam-Putih

Rio cukup kecewa ketika melihat unit apartemen yang dibelinya, ternyata sangat standar. Mungkin itulah konsekuensi dari membeli “barang” sale. Tapi kepiawaiannya mendesain ruangan bisa menyulap ruang standar itu jadi lebih indah dan bernilai.

Sale unit apartemen Taman Anggrek kira-kira setahun lalu mendorong Rio Chrisdian (35) dan istrinya, Yennie (30) untuk membelinya. Tapi seperti banyak yang dilakukan pengembang apartemen saat ini, apartemen dijual dalam keadaan unfinished. Di unit tersebut belum ada plafon, belum ada lampu (cuma ada kabel di tiap titik lampu), lantai ditutup keramik standar ukuran 20 cm x 20 cm, dan kabinet dapur disediakan ala kadarnya.

Rio, arsitek lulusan UKI Jakarta yang sekarang memiliki kantor konsultan arsitektur dan desain interior bernama Idea, gerah juga melihat kondisi unit yang sangat minim ini. Karena itu ia memutuskan untuk memolesnya habis-habisan.

Pertama-tama, Rio menentukan tema warna yaitu hitam dan putih. Mengapa warna ini yang dipilih? Menurut Rio, hitam dan putih melambangkan simplicity, yang mengandung makna kesederhanaan. Nilai ini pulalah yang dianut Rio dalam menjalani hidup. “Saya memang senang yang taktis, nggak seneng ribet,” ujarnya ketika kami mengobrol di ruang keluarganya yang kecil tapi nyaman, sambil menunggu proses pemotretan.

Selain mengandung nilai kesederhanaan, hitam dan putih juga sederhana dalam makna visual. Ruang yang tidak terlalu luas cocok bila diberi tema warna monokrom seperti ini. Andaikan diberi banyak warna, ruang mungkin akan terlihat “penuh”, terasa lebih sempit, dan kurang menenangkan.

Hitam dan putih diterapkan oleh Rio di hampir setiap bagian. Sofa, kursi makan, pintu, kusen, wood blind, semua menggunakan warna hitam. Dinding dan plafon dibiarkan putih. beberapa perabot dibuat berwarna putih atau kombinasi putih dan hitam. Untuk memberikan kesan hangat, Rio memilih parket bambu yang berwarna kuning muda sebagai ganti granit. Bambu dipilih karena teksturnya yang unik dan warnanya yang cenderung terang, sehingga masih cocok dengan tema hitam-putih.

Ketika ia membawa kami ke dapurnya, kami spontan berseru, “wah, dapurnya juga hitam dan putih?” Rio menimpali sambil tertawa, “keterlaluan ya?”

Aksen Tetap Perlu
Sekalipun berpegang pada kesederhanaan dan warna monokrom, aksen tetap dibutuhkan. Aksen akan membuat ruang yang minim warna dan ornamen menjadi tidak membosankan. Di sini Rio menggunakan kursi malas warna merah sebagai aksen di ruang keluarga. Pada dinding di belakang TV, Rio juga meletakkan panel plywood ebony dengan garis-garis horizontal warna putih.

Agar terlihat menyatu dengan panel dinding ini, pada plafon diberi kisi-kisi kayu yang dicat warna hitam, dengan lebar sama persis dengan panel tadi. Dengan demikian terlihat ada 2 bidang (plafon dan dinding) berpelapis kayu, yang menaungi area duduk di ruang keluarga. Bentuk seperti ini memberikan keintiman dan kehangatan di ruang keluarga ini. Dan hebatnya, di balik kisi-kisi kayu pada plafon tadi ada balok struktur yang kalau terlihat, memang kurang indah.

Minimalis, Modern, Tropis
Bila ditanya gaya apa yang diterapkan, Rio menjawab, ada tiga gaya yang diadopsi untuk tempat tinggalnya ini, yaitu minimalis, modern, dan tropis. Minimalis ditunjukkan dalam konsep “bentuk mengikuti fungsi”. Jadi benda-benda yang ada di sini dipikirkan betul-betul fungsinya. Meja TV, misalnya, dibuat agar benar-benar sesuai dengan benda-benda yang ingin diletakkan di atasnya dan di dalam laci-lacinya.

Tapi gaya minimalis murni menurut Rio terlalu “dingin”. Karena itu ia menggunakan beberapa campuran material yang bergaya modern seperti kaca untuk meja makan dan coffee table, stainless steel untuk kaki-kaki meja dan handle laci/lemari, dan aksen kursi malas warna merah.

Lalu, di mana unsur tropis diterapkan? Rio mengadopsinya dalam bentuk penggunaan material alami. Dinding ruang makan, misalnya, ditempeli batu andesit rata bakar yang dibentuk susun sirih. Mengapa Rio memilih batu andesit? Tidak lain karena warnanya yang abu-abu, mendekati hitam. Selain itu, Rio juga bermain-main dengan material kayu pada penutup jendela (wood blind), kisi-kisi pada plafon dan panel pada dinding.

Selain memainkan warna, material, dan perabot, Rio juga menggeser beberapa dinding agar ruang apartemen ini lebih nyaman untuknya. Di dinding dekat pintu kamar tidur utama, misalnya, dibuat lemari tanam untuk lemari obat dan lemari penyimpanan sepatu. Satu lagi, sebagian dinding di belakang TV juga digeser sehingga di kamar tidur utama terdapat ceruk kecil yang pas bila digunakan untuk tempat rias.

Ya, tinggal di unit apartemen atau di rumah berukuran mungil, kita memang harus pintar-pintar menata. Kalau tepat, tempat tinggal pun akan terasa nyaman.